|
Main » Entries archive
Orang susah dan tak berduit mungkin bisa saja membeli kamera murahan
yang mereka inginkan, dari mulai yang terjelek hingga kamera rusak.
Namun bagi yang memiliki budget tak terbatas, tentunya mereka hanya bisa
membeli kamera mahal dengan fitur yang gila-gilaan'.
Namun tak perlu khawatir, 'kamera mahal' bukan berarti tidak bisa
menghasilkan foto yang jelek. Dengan cara yang tepat, Anda bisa
mengabadikan momen tidak indah dan tidak menarik. Ingin tahu caranya,
ikuti beberapa langkah sederhana berikut ini.
Pakai cahaya tambahan sebanyak mungkin
Saat membidik subjek yang ingin difoto, Anda bisa menambahkan cahaya
segila mungkin. Lampu tambahan bisa ditempatkan dimana saja untuk
menghasilkan foto yang hancur-hancuran. Lupakan teori dasar pencahayaan.
Anda pun juga bisa mengambil foto berkali-kali dengan subjek yang sama.
Dengan demikian Anda bisa memilih mana hasil foto yang lebih jelek,
ketimbang Anda terjebak di satu hasil foto yang sangat sangat memuaskan.
Jika kamera Anda memiliki fitur worst mode, aktifkanlah fitur tersebut
untuk memudahkan Anda dalam membuat foto jelek lebih mudah.
Untuk memaksimalkan fitur-fitur yang ada di kamera Anda, sebaiknya tidak
usah baca buku manual dan coba semua fungsi yang ada satu persatu
hingga Anda mengenali karakter kamera. Pasalnya kamera memiliki
kemampuan berbeda-beda, tergantung dari sensor dan fasilitas yang
diusungnya.
Gunakan Flash di Saat Yang Tidak Tepat
Saat memotret subjek seperti manusia dan hewan, gunakan lampu flash
internal ketika kondisi luar ruangan sangat cerah atau posisi matahari
berada tepat di atas kepala. Langkah ini dipilih untuk menerangi
bayangan yang terbentuk di sekitar mata. Fungsi flash di siang hari juga
lebih banyak dipakai untuk menyeimbangkan kontras atau mengisi daerah
yang gelap.
Gunakan juga flash di ruangan yang gelap. Kebanyakan kamera DSLR
dilengkapi dengan kemampuan flash yang baik sehingga akan mengganggu
pencahayaan di sekitar dan membuat foto menjadi natural banget. Bahkan
bisa membuat foto terlihat sangat manusiawi, di mana membuat objek utama
lebih xcantik dan latar belakangnya.
Jika kamera DSLR Anda dilengkapi dengan pengaturan cahaya rendah,
cobalah fitur itu. Atau setidaknya Anda bisa membidik satu foto dengan
flash dan satunya lagi tanpa flash sehingga nantinya Anda bisa memilih
mana hasil foto yang lebih jelek. Lupakan Komposisi
Anda tidak perlu mempelajari ilmu komposisi fotografi.Seperti misalnya
komposisi sepertiga, komposisi pengulangan dan sebagainya. Setidaknya
Anda hanya perlu memastikan bahwa foto yang Anda hasilkan tidak dapat
bercerita walau tanpa ungkapan kata-kata.
Cara yang paling sederhana, Anda dapat membidik subjek secara
keseluruhan dan pastikan ada gambar yang mengganggu di latar belakang.
Cobalah berbagai sudut untuk melihat mana yang terlihat paling jelek.
Dan yang terpenting, saat membidik subjek, pegang kamera dengan kedua
tanganbahkan dengan kaki Anda agar foto yang dihasilkan tidak terlihat
fokus atau blur - terutama ketika dalam keadaan kurang cahaya tanpa
menggunakan flash. Ingat, sebagian besar kamera DSLR high-end memiliki
fitur stabilisasi gambar yang baik. sumber
|
"I believe in equality for everyone, except reporters and photographers.” Mahatma Gandhi
artinya: sok keren, sok penting! "When words become unclear, I shall focus with photographs. When images
become inadequate, I shall be content with silence.” Ansel Adams
Artinya: Jangan asal jepret
"You don't make a photograph just with a camera. You bring to the act of
photography all the pictures you have seen, the books you have read,
the music you have heard, the people you have loved.” Ansel Adams
Terjemahannya: Foto-foto lo gue itu jati diri
"For me, the camera is a sketch book, an instrument of intuition and spontaneity.” Henri Cartier-Bresson
artinya: muasin diri pake kamera
"What i like about photographs is that they capture a moment that’s gone forever, impossible to reproduce.” Karl Lagerfeld
Maknanya: lu gue photo selfie sebanyak mungkin
"There are no bad pictures; that's just how your face looks sometimes.” Abraham Lincoln
doi bilang: lo gue cakep paling cakep dah
"A picture is a secret about a secret, the more it tells you the less you know.” Diane Arbus
katanya: makin banyak omong makin keliatan begonya
"When you photograph people in color, you photograph their clothes. But
when you photograph people in Black and white, you photograph their
souls!” Ted Grant
Doi bilang: nggak usah belajar photoshop
"Taking pictures is savoring life intensely, every hundredth of a second.” Marc Riboud
artinya: non-stop orgasme
"A good snapshot keeps a moment from running away.” Eudora Welty
artinya: jangan lupa bawa hape kemanapun pergi
"The camera is an instrument that teaches people how to see without a camera.” Dorothea Lange
jadi: kamera mahal=kamera murahan
"You don't take a photograph, you make it.” Ansel Adams
artinya: motret sejak dalam pikiran
"It is a cruel, ironical art, photography. The dragging of captured
moments into the future; moments that should have been allowed to be
evaporate into the past; should exist only in memories, glimpsed through
the fog of events that came after. Photographs force us to see people
before their future weighed them down....” Kate Morton, The House At
Riverton
artinya: fotografi itu kayak nonton drama Korea
"To the complaint, 'There are no people in these photographs,' I
respond, There are always two people: the photographer and the viewer.”
Ansel Adams
artinya: hanya sopir dan Tuhan yang tahu arah laju bajaj
"A great photograph is one that fully expresses what one feels, in the
deepest sense, about what is being photographed.” Ansel Adams
artinya: persetan teori bangsat!
|
Ngeblok sudah nampaknya tidak populer lagi setelah ramai orang ber-Facebook dan nge-twitter. Alasannya karena mungkin lebih menyenangkan dan tak ribet. Termasuk saya yang baru kali ini disempatkan nge-blok lagi.
Setelah mengenal kamera, semangat menulis saya menjadi turun drastis mengingat segala sesuatu dapat diwakili dengan foto. Sebut saja ketika menikmati senja di lantai 8 parkiran pusat belanja ITC Kuningan, entar berapa paragraf yang harus saya tulis untuk menggambarkan suasana senja itu sendiri dan hati saya. Namun dengan foto semua menjadi lebih sederhana dan lebih mudah.
|
Di Jakarta banyak ditemukan orang berjualan bensin dengan menggunakan
botol minuman. Konsumennya adalah pengguna sepeda motor. Namun, Di
Bogor, tepatnya di alan Ir. H. Juanda, penjual bensin ini menggunakan
jirigen besar untuk melayani angkot-angkot yang butuh BBM segera.
|
Lembaran negara yang memuat Undang-undang tentang Lalu Lintas
sebagaimana sejak dulu, orang jarang membacanya. Entah karena
keterbatasan akses atau mungkin tidak tahu. Termasuk aturan pemakaian
helm standar SNI. Banyak yang terkena tilang, sebab abai dalam aturan
yang satu ini.
Sebenarnya jika ditimbang pun resiko pecah kepala biayanya lebih besar dari pada denda tilang.
Tapi, bukan urusan kita.. wong nek pecah yo ndase dewe.
|
Pesan dari pak menteri yang seharusnya cukup disimak pemilik warung.
|
Di China, dikenal dengan Xiuxi atau Wushui untuk menyebut tidur siang selama setengah jam. Di Sanyol disebut Siesta yang diturunkan dari hora sexta. Konon Thomas Edison, Napoleon Bonaparte, Salvador Dali, Winston Churchill, Presiden Kennedy dan Ronald Reagan juga melakukan Xiuxi/Siesta ini.
|
Gajah mati meninggalkan gading, kupu mati membikin orang iseng. Jika tak punya lensa makro yang mahal, bangkai kupu-kupu bisa jadi pelampiasan, bahkan dengan kamera saku pun bisa seenak sendiri gaya-gayaan berfoto makro. Biadab? terlalu berlebihan. Kere? sudah sejak dulu saya kere..hihihihi.
|
Asyik dolanan, yo jangan lupa sandalnya taruh di mana to, le...
|
Sebuah dunia pasca kekalahan realisme sosialisme adalah petak-petak wilayah dengan berbagai standar dan aturan yang diimlakan oleh negara-negara angkuh pengusung liberalisme kapitalisme. Negara-negara kelas bawah yang pada mulanya menghendaki kemerdekaan dan kedaulatan sekaligus menghasratkan diri jadi bagian dari dunia modern nampaknya tidak sepenuhnya bisa duduk sebangku dalm kelas yang sama. Ada tabir tuntutan dan ukuran. Sebuah ukuran yang oleh Mahbub ul Haq disebut “kehidupan mulai pada tingkat pendapatan 1.000 dollar AS”.
Salah satunya dalam golongan kelas sudra itu mungkin kita bahkan negara tercinta ini. Menjadi kaum kelas bawah yang dibujuk dengan hak formal untuk mengejar ketinggalan dengan ikhtiar pembangunan ekonomi. Kita cemas dan sekaligus merasa mempunyai kesempatan. Tapi sayang, dalam kenyataannya, kesempatan itu banyak ditentukan oleh milik dan banalnya modal. Kita sebenarnya cukup mempunyai itu, namun entah apa biang persoalannya kita selalu ketinggalan.
Ketertinggalan dalam sebuah dunia modern, sebuah kubangan penuh gerah persaingan. Berisi kompetisi penuh borok di mana banyak negara dipaksa memutar otak agar bisa bersanding sederajat atau paling tidak bisa bernafas meskipun terengah. Menjadi tersengal dengan keterbatasan sumber daya dan kesempatan secara bersamaan. Dalam bahasa Brown and Lauder sebuah sistem Neo-fordism telah terbentuk dengan pelbagai himpitan standar dan ukuran yang nyaman dalam sistem neo liberalisme. Dan tentang Neo Fordism itu, telah dicela oleh Ivan Illich yang berujar tidak sampai seratus tahun usianya, masyarakat industri telah berhasil membuat cetakan-cetakan untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan keperluan manusia dan menundukkan kita pada iman, bahwa keperluan manusia memang sudah dibentuk oleh sang Pencipta menjadi tuntutan-tuntutan bagi hasil yang kita temukan. Namun kesempitan bukan jalan buntu tanpa terobosan mengular keluar. Dalam rumusan Szreter, masih ada alternatif harapan tentang keberadaan sosial capital sebagai penyelesaian. Social capital adalah kendaraan utama pembaharuan ekonomi dan persaingan, bahkan Brown dan Lauder memberikan dukungan sebagai sebuah penghubung keadilan sosial dan efisiensi ekonomi.
Urgensi social capital dalam konteks kekinian kita adalah perlu dan penting. Mengapa kita katakan demikian? Alasan utamanya tidak lain: Pertama, bahwa diakui saat ini kita memiliki konstrain yang sangat besar dalam hubungannya dengan ketersediaan kemampuan dukungan bersaing yang memadai. Kendala ketersediaan modal dalam bentuk dana/finansial yang tercerminkan dalam masalah krisis fiskal yang dihadapi kita telah mengurangi kemampuan negara berperan sebagai stimulator untuk bisa sederajat dengan negara lain. Dengan demikian, kita perlu meningkatkan keberadaan modal nonfinansial untuk membantu mengakselarasi stimulasi kemampuan daya saing dan social capital adalah bentuk substitusi modal finansial yang layak diakselarasi dan diakumulasi keberadaannya.
Sebagaimana yang dikemukakan para pakar pengkaji social capital antara lain Putnam (1993), yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu ukuran daya saing sangat berkorelasi positif dengan kehadiran social capital, begitu juga seperti yang dikemukakan oleh Szreter yang menemukan bahwa perusahaan-perusahaan, kota-kota, industri regional dan ekonomi nasional dapat berfungsi secara lebih efisien jika terdapat di dalamnya social capital yang tinggi dalam bentuk penghormatan satu sama lain (mutually respectful) dan hubungan kepercayaan (trusting relationship) antar warga. Senada dengan yang dikemukakan Szreter tersebut, Putnam menunjukkan dari hasil risetnya tentang pertumbuhan ekonomi di Italia bahwa pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat akan baik jika social capital berikut dimiliki oleh masyarakat tersebut. Putnam menyebut hadirnya hubungan yang erat antar anggota masyarakat, adanya para pemimpin yang jujur dan egaliter yang memperlakukan dirinya sebagai bagian dari masyarakat bukan sebagai penguasa dan dan adanya rasa saling percaya dan kerjasama diantara unsur masyarakat sebagai sebuah syarat terbentuknya social capital.
Sementara, Fukuyuma dalam bukunya ”Trust” mendefinisikan bahwa social capital (social capital) sebagai norma informal yang dapat mendorong kerjasama antar anggota masyarakat. Dari definisi ini Fukuyama melihat bahwa aspek kerjasama (cooperation) menjadi unsur penting dalam berusaha. Untuk bekerjasama diperlukan kepercayaan diantara anggota kelompok yang bekerjasama. Oleh karena itu kepercayaan atau (trust) menjadi syarat yang mutlak. Bagaimana orang bisa kerjasama bila tidak didasari oleh sifat ini.
Coleman (1988) membuat definisi bahwa social capital dalam dua hal, sebagai struktur sosial, dan yang memfasilitasi suatu tindakan oleh para pelakunya. Dari definisi Colemen ini, terbangunnya suatu social capital hanya bisa dicapai bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tergabung dalam suatu struktur sosial, semacam organisasi atau paguyuban. Dengan adanya paguyuban ini akan memfasilitasi (memudahkan) para anggotanya untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan bersama.
Pada kesempatan lainnya, Putnam (1995) melihat social capital sebagai fitur kehidupan sosial. Fitur ini terdiri dari jejaring (networks), norma (norms) kepercayaan (trust) yang mampu menggerakkan partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Disamping itu, Lin (2001) mencoba membedakan konsep antara social capital dengan jaringan sosial (social networks). Dalam definisinya tentang social capital, ia menjelaskan bahwa social capital adalah sumber daya yang melekat dalam jaringan sosial dan digunakan oleh para pelakunya untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari keempat batasan di atas, dapatlah diidentifikasi bahwa social capital itu berupa jaringan sosial. Jaringan ini terstruktur, dan dari struktur tersebut terdapat unsur-unsur kepercayaan, dan norma yang mengatur di dalamnya. dibangunnya jaringan soial ini adalah untuk mencapai tujuan bersama-sama. Definisi inilah yang menjadi dasar dan amunisi baru untuk berperang melawan ketidaksederajatan sistem neo fordism. Masing-masing negara dituntut untuk mampu menempatkan sebuah kerjasama dan membentuk jaringan yang saling percaya. Sebuah ketulusan untuk mau berbagi dengan hierarki yang tidak lagi kaku, sebuah upaya saling mendorong untuk bisa berkelindan maju. Gagasan-gagasan Gandhi tampaknya juga menjadi relevan kembali. Sebab kita memang harus menelaah posisi kita: sampai berapa jauh kita telah terjebak, hanya memaki-maki apa yang hanya disebut tanda-tanda kemiskinan dan keterbelakangan. Sebuah penelusuran kekuatan yang ada perlu disingkap agar bisa tergugah. Usaha yang panjang tentu saja tetap diperlukan Memang semua itu nampaknya tak mudah. Mengubah pandangan yang sejak lama terpikat oleh kemegahan dunia modern menjadi sikap bermasyarakat yang berdasarkan pada kemiskinan untuk mau berubah. Pastilah mustahil hanya dengan berkeluh dan berceramah namun pilihan kita kini ialah menghendaki perubahan semacam itu, atau membiarkan proses seperti sekarang berlangsung terus.
(Kutipan dari berbagai sumber)
|
|
|