Home | Registration | Login | RSSJemuah, 29/03/2024, 22:49

Teguh Hardi Murtad Fotografi

Menu Saji
Kemurtadan
Waton Njeplak [44]
Nyelathu Umuk Goblog Keblinger
Sajak Njeplak [17]
Login form
Login:
Password:
Main » Entries archive
untung

Lima altar 17 persembahan
yang dua terakhir kadang enggan
kesiangan siuman dibius setan

Masih untung Tuhan itu panjang nalar
tidak sesembrono mujahid gusar
memangkas nyawa banyak tanpa sadar

Masih untung Tuhan itu tak bejat
tidak mendendam kesumat
tidak pula memutus nikmat
meski persembahannya sering telat

meski hambanya laknat!

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 11/08/2009 | Caci Maki (2)

Baginya buku adalah sumber pengetahuan yang sebenarnya. Buku merupakan rujukan terkemuka ketika harus membuat tulisan. Saking cinta dan tergila-gilanya, buku menjadi semacam tuhan dalam hidupnya. Ketika harus ngobrol meninggalkan baca buku, kalimat-kalimat yang diomongkan juga tak jauh-jauh dari buku, buku dalam arti harfiahnya. Dia tidak mengenal eBook terlebih Blog.

Cukup tertohok di benak ketika mata tajam dan kumis tipisnya bergerak mewanti-wanti agar aku yang tepat disampingnya untuk berhati-hati dengan internet. Dunia maya dalam otak dia yang dibungkus jidad selebar lapangan tenis adalah celaka tersebab menyimpan banyak dusta. Hebatnya, dia akan mencibir setiap tulisan ilmiah yang di halaman-halamanya tercantum catatan kaki berawalan http://, tidak terkecuali disertasi program doktoral. Perilaku manja dia tuduhkan untuk pencomot tulisan di laman-laman maya itu.

Bagi budak-budak internet seperti aku tentu harus nungging dulu untuk menerima logika berbeda dia. Entah pengalaman masa lampaunya yang kelewat payah atau memang trauma dengan kedigdayaan internet, aku tak tahu sehingga dia mengambil mahzab seperti itu. Yang aku tahu bahwa dia dengan sabar menanti menyandang gelar Drs. selama 13 tahun. Cukup lama waktu untuk sebuah gelar yang sekarang bisa dibeli dengan lembaran-lembaran seratus ribuan.

Dia memang pesimis terhadap uang dan harta, dengan ringannya bibirnya yang terkesan kejam akan miring ke atas sedikit ketika menyinggung para tuan dengan mobil dan berumah gedong nampang di tiap tempat. "Coba kau tanya, berapa buah buku yang mereka beli setiap bulannya?" begitu dia mengejek tuan-tuan yang kaya.

Mungkin itu deklarasi pembenaran akan kasmarannya terhadap buku, dan mungkin juga kekecewaan yang laten sepanjang karirnya disingkirkan dari hingar bingar kelicikan dan nafsu di kantor lamanya. Tak tahulah aku.

Tentang kisah asmaranya dengan buku, ia begitu lelah menyesal melihat anak didiknya di sebuah perguruan tinggi dengan gampangnya membuat sebuah paper dan makalah dengan memlagiat dari internet. Anak zaman sekarang dibilangnya sudah malas untuk membaca dan menyalin. Teknologi rupanya memberikan bentuk kecerdasan baru tanpa harus berpeluh panas di loak-loak buku-buku bekas. Namun dibalik kemudahannya justru melahirkan plagiator-plagiator handal dari mulai pekerja kantor hingga doktor.

Gejala-gejala ini dengan gamblang ia tuturkan melalui sebuah kontemplasi dari Pater Dick Hartoko tentang Anak Zaman yang pernah dibeberkan di Majalah Basis beberapa waktu silam. Kondisi mental yang terus terdegradasi oleh arus zaman membikin polah melahirkan generasi yang malas dari hari ke hari. Dia menuding globalisasi sebagai penyebabnya.

" Pernah dengar adagium Small is Beautiful?" Pancingnya.
" Sering, orang-orang semeter kotor bangga dengan itu."
" Tahu siapa pencetusnya?"
" Embuh..."

Rentetan petuah selanjutnya dapat ditebak. Uraian tentang ketidaksetujuan E. F. Schumacher terhadap globalisasi yang menelorkan krisis energi tahun 1973 tergamblang jelas seperti aku membaca Small Is Beautiful: Economics As If People Mattered tulisan karib John Maynard Keynes dan John Kenneth Galbraith itu.

Satu setengah jam sudah sejak kedatanganku menghadap seperti saat sat setahun yang lalu. Kesan yang sama dan sikap duduk serupa masih belum berubah kulakukan ketika menelusuri setiap mimiknya. Setidaknya sekarang aku agak sedikit bengal membantah dan menyanggah. Pertanyaan yang mungkin akan membuatnya mengejek dan tersenyum kaku.

"Dimana bisa kutemukan kisah Dick Hartoko?".
"Kemana aku bisa pinjam itu Small is Beautiful?.

Dia terdiam. "Coba kau buka dulu internet, di situ mungkin ada"

"Baiklah.."






Category: Waton Njeplak | Diserat: 04/08/2009 | Caci Maki (0)

Here I stand heart in hand
Turn my face to the God
I saw paradise behind closed eyes

An angel hanged my soul
If she gone I can't go on
Feelin' the rest of nights small

Sing with me, lady
Since i've been poisoned,
You've brought the remedy

How do God would serve this?
Only you will cure this old disease
Since i've been poisoned
I've got the remedy
Category: Sajak Njeplak | Diserat: 02/08/2009 | Caci Maki (0)



there’s just little worry no gettin’ over him

Hey, humble boy just a fool who’s willing to sit around
and wait for you with his blanket on the right
and lemonade on his left,

where is the honey?
pity, seem to be missed
but, he dont.
honey is his presence
the presence which divined by his absence

there’s nothin’ else
for him to do he's hopelessly devoted to you
in his every single day bring you a blanket, bring you lemonade.

She said, 'It's enough for a fragile rose,just be her thorn.."
"Is that you, the humble boy?"


He just poor boy playing his joy
with cigarette lips
preys his lungs decrease

"It should be more life, try to self release..."

no more cigarettes seem to be dead
Yet, there is a land where the damn twelve nico i can forget
A Peaceful place i've met

it just seems to be dead
not really dead, i trust u.
u can forget the damn twelve devils
just remember always the rose
it will lead u to the peaceful way
just like the land you've met


A burgeon rose he got
the more credo not letting go
believe in hope of missing place
trusting to the rose
keeping the way peace
slowly decrease the dead pose
Category: Sajak Njeplak | Diserat: 29/07/2009 | Caci Maki (3)




Dewi dari negeri dongeng
datang menyemai cengeng

Pikatnya demikian tak sempit
memburai dari kelokan Karang Alit

Meracun ke jiwa kumal
di celah paling dalam menjejal

Lunglai roboh mati
sukma diboyong lari

Ditotok dicangkok
mengakar pejal pada dahan bengkok

Dahannya mawar tahannya tegar.
Category: Sajak Njeplak | Diserat: 29/07/2009 | Caci Maki (1)

belibis

'Udara kali ini benar-benar luar biasa, ia damai..'

Damainya di ujung jauh gemerisik kidung Ceremai..
memberi salam pada gerombol Belibis yang datang dari jiran lalu
singgah di dahan dahannya

Satu paruh menyahut dua tiga lainnya menyambut, mengabarkan sebuah caraka tentang harapan, tentang kegalauan. Dan orang ramai bilang, itu kerinduan.

Begitu picisan memang. Tapi, tengadahlah ke langit, ketika musafir belibis itu terbang mengawang, serupa apakah mereka?

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 20/07/2009 | Caci Maki (3)

eastjavatraveler.com

berlaku seperti lebah memulung nektar di sepanjang musim
menunggang gemuk awan berguling manapak angin
melolos sukma kabur pelan mengawan di atas horizon

kemudian rebah menyetubuhi tanah
menelanjangi bumi
menari binal menerobos salihara
mengendus tanpa batas

berayun di kaki langit terlontar jauh
bahagia semanyar jatuhnya semburat matahari ketika pagi

membumbung terbang selayaknya burung menikmati luasnya ruang, berputar, menukik, berselancar di udara..
Mendarat menyentuh harumnya pelangi, menyeruak lincah..
bahagia semarun hari..

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 16/07/2009 | Caci Maki (3)

pugar

Sudahkah kita selam lembar-lembar semangat
biar jiwa yang pekat kembali hangat,

Pernahkah kita tatap cermat rima-rima kakawin percintaan
sekedar membikin hidup sumringah tak jengah,

Tentang baris-baris persahabatan, pernahkah kita resapi
hingga tawa-tawa kebersamaan tak ditelan sepi,

Pernahkan pula kita tenggat undang-undang kodrat
sampai kemanusiaan menghumbalang pada tiap jidat,

Kini saatnya kita kembali memugar sebuah dunia,
Dunia tentang jamaknya cinta yang merona. 

gubahan Love's Act di http://www.tulisandonie.blogspot.com/
Category: Sajak Njeplak | Diserat: 10/07/2009 | Caci Maki (4)

Kerut

Diam-diam dia dalam
Menyusut kalut remuk dan redam

Diam-diam dia kusam
Masam disapa kaku mencecer runyam

Dia yang lain mengonggok terpejam
dipasung paksa ketika malam
mengurai kusut dalam gelap mencekam

Hari belumlah katam
masih panjang melengkung tajam
masih nanar curam menghujam

Kiranya cukup hanya sungging salam
sedianya damai senyum ditanam
sampai berbuah tuah layaknya zam-zam
bagi keriput-keriput hitam

Bagi kerut-kerut yang lebam

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 09/07/2009 | Caci Maki (4)

hampa


Kembali sayatan ngilu lekas membekas di urat-urat pilu
jasad yang menghampa sebelumnya semakin bebal beku serupa keras batu
Begitu berat melangkah setapak, begitu lapuk ditindih beban yang singgah tak sejenak.

Sementara durjana-durjana mengitar riuh bersorak-sorak.
Kidung kematian seolah mendengung.
Bertalun-talun tegak di simpang linglung.

Dari sudut gelap, liang empat hasta terbujur menganga, jasad jiwa diboyong berdiri di dekat di bibirnya, begitu dekat.

Batara-batara tampaknya sedang tak happy, dengan begitu sinisnya melempar opsi-opsi.

'memeluk sendiri pekat dalam gelap liang di depan'

ataukah

'harus dikirim dengung-dengung busuk para durjana untuk mendorongnya'

Jika saja ada pilihan ketiga,
meski tentu saja masih percuma.

Jiwa,
sudah terlalu hampa untuk memilih
sudah terlalu beku untuk tak memilih.

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 06/07/2009 | Caci Maki (1)

« 1 2 3 4 5 6 »

Bendera Bunderan HI

Tag Board

Blog buat murtad motret
,