Home | Registration | Login | RSSJemuah, 22/11/2024, 23:36

Teguh Hardi Murtad Fotografi

Menu Saji
Kemurtadan
Waton Njeplak [44]
Nyelathu Umuk Goblog Keblinger
Sajak Njeplak [17]
Login form
Main » Waton Njeplak
Sepenggal dialog ditengah perjalanan. Orang normal dengan manusia di atas normal,

" Jaketmu bagus."
" Gadisku di Surabaya yang ngasih."
" Sepertinya mahal. Rasanya aku tak mampu beli yang seperti itu."
" Ya, iyalah. Buat diri sendiri aja kamu pelit. Palagi beli kayak gini."
" Anjrot!"

Dialod terhenti sesaat, Kami terkekeh-kekeh.

" Bilang gadismu, aku minta satu."
" Ntar, aku sms dulu dia."

Lima puluh langkah menunggu pesan balasan.

" nih baca.."

" Maaf 'Yang, ade baru tiba di kosan. Jaket itu ade kasih buat kado 'Yang. (Bg Teguh suruh cari j di Matahari)." kurang lebih ringkas bunyinya seperti itu.

" Yah.."
" Sekarang gadismu sibuk apa?"
" Lagi persiapan sidang thesis, Juli nanti"
" Buru-buru amat, nyantai dikit napa?"
" Biayanya dul, mang murah?!"
" Yang biayain?"
" Bapaknya."
" Knapa bukan kamu, kamu kan suaminya?"
" Belum saatnya to.."
" Lha kowe wis mrasa bertanggung jawab atas gadismu blum?"
" ya sudah sih.."
" Sudah jelas!"

" Tapi belum resmi, belum nikah."

" Kowe ki terjebak dalam budaya kebanyakan, nikah tidak harus berdandan aneh seperti badut dan dipajang dikerumunan orang menyantap sajian. Cukup deklarasi gadismu mau menikahkan dirinya dengan kau. dan kau cukup menjawab kesanggupanmu meski mas kawin pun dapat kau cicil belakangan."

" kata siapa?"

" Kata para penulis kitab mahzab"

" Tidak bisa begitu, kita hidup dalam kandang manusia banyak"

" Itulah ketakutanmu, takut tidak bisa diterima dikandang itu. Keyakinan hidup berkandang dengan manusia banyak hanya sebatas aku tidak merugikan mereka dan mereka tidak mencederai aku."

" Tetep tidak bisa begitu, keyakinan orang lain tak bisa disingkirkan, keyakinan itu membangun seperangkat budaya yang mengikat dan ada kesepakatan."

" Kuberikan kau kunci dan kau buka gembok dalam penjara otakmu itu"

"Apalagi?"

" Kandang manusia dibangun dengan komposisi beragam. Semua harus diakui sebagai mana adanya. Kau terlalu jauh menerjemahkan hingga belenggu budaya itu seperti tak dapat kau rubah. Selama kau punya argumen berdasar tak perlu kau turut cara2 mereka. Jangan pula kau bernegosiasi karena sama saja kau masih berkalung lilitan rantai. Resiko kau tidak diakui mereka itu kesalahan budaya yang mereka bangun yang tidak mau ada warna berbeda dalam kotak mereka yang harus seragam. Beranilah untuk tidak seragam agar kita tidak tenggelam."

" Gendheng!"

"Emang"

Pintu Lift terbuka. Kami terkekeh bebas didalamnya.

" Jadi kapan kau nikahi gadismu"

"Entar, kalau aku sudah siap."

" Goblok!"
Category: Waton Njeplak | Diserat: 22/06/2009 | Caci Maki (1)

Sebuah pipa bergurat kau serahkan padaku. Bukan wujudnya yang lentik, bukan dayanya yang menghancur paru-paruku, bukan pula lembaran ribuan yang kau habiskan untuk membelinya hingga benda mungil itu meminggirkan jimat-jimatku yang lain. Sesungging senyum di tengah rentetan kelu kesusahan, sebuah pengorbanan untuk menarik sudut bibirmu itulah sebab musabab aku akan terus menjaga pipa itu sampai aku lahir kembali.

Pipa itu memang tidak cantik, tapi menarik. Ketertarikanku pada pipa itu sebagaimana halnya aku mengagumi keindahan ganjil pada dirimu. Keganjilan bertubi-tubi yang hanya aku yang bisa menyelaminya jauh kedalam. Tanpa jengah kuakui aku tersungkur di depanmu, kali pertama selama bentangan umur sebelumnya.

Bukan rumusan Robert J Sternberg dalam The Triangle of Love-nya, kekagumanku lebih dari sekedar Consummate Love. Kegilaan Sangkuriang memimpikan Dayang Sumbi pun tak sepadan dengan logika miring yang kini aku jalani sekarang. Jawabnya sebenarnya sederhana, bahwa Dayang Sumbi tidak ditakdirkan seperti kau membingkiskan sebuah pipa untuk kuhirup ketika jepit rambutmumu tak bisa kurengkuh.

Bukan sebuah roman picisan ku tulis sekarang, tak pula bermaksud mengatasi kedahsyatan Rubaiyat Omar Khayyam, aku cuma berdalih kalah ketika seorang laki-laki memang harus pernah tergila-gila pada wanita. Dan saat baris ini muncul satu-satu kegilaanku belum juga menemui jalan buntu.

Mungkin suatu saat.

Saat dimana aku hidup lagi. Hidup dalam alam yang hanya jiwa berkuasa. Saat tidak ada jalan buntu karena memang aku dan kau tidak perlu lagi menapak tanah. Tapi jalan buntu itu pun tentu saja akan berbeda, karena kebuntuan yang menunggu didepan adalah aku dan juga kau tidak bisa lagi dipisahkan.

ya! tak bisa dipisah layaknya sebuah kretek dan pipa yang kau berikan.



Category: Waton Njeplak | Diserat: 21/06/2009 | Caci Maki (0)

Debat calon presiden putaran pertama yang mengusung tema 'Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Penegakan Supremasi Hukum dan HAM' digelar Kamis malam di Studio 1 Trans TV, Jakarta. Debat yang terbagi dalam tiga sesi dan menghadirkan ketiga capres, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Muhammad Jusuf Kalla dibuka dengan sambutan ketua KPU, Abdul Hafiz Anshary, dipandu oleh Anies Baswedan, rektor Universitas Paramadina.

Sesi pertama debat diisi dengan penyampaian strategi dan visi ketiga capres terkait upaya menciptakan good and clean governance dan law enforcement berturut-turut dari capres nomor urut satu, Megawati, SBY, dan terakhir capres no urut tiga, JK.

Megawati menitikberatkan pada nation character building yang terwujud dalam sikap mental para aparatur negara dalam menjalankan tugas untuk bisa mencapai pemerintahan yang baik. Sementara SBY memandang penegakan HAM menjadi salah satu kata kunci yang harus menjadi tugas bersama ketika good and clean governance ingin diwujudkan. Hal agak berbeda disampaikan JK menanggapi sodoran tema tersebut dengan mengemukakan keharusan adanya sebuah target baik dari segi waktu, pencapaian, dan performance dalam tubuh birokrasi.

Setelah masing-masing capres selama 10 Menit menyampaikan visinya, moderator kemudian mengemukakan pertanyaan seputar Undang-Undang tentang Tindak Pidana Korupsi sampai sampai saat ini belum juga rampung pembahasannya oleh DPR. SBY yang mendapat giliran pertama mengatakan akan mengeluarkan sebuah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) jika sampai batas waktu September 2009 Undang-undang yang dimaksud belum juga disahkan. JK melanjutkan dengan komentar senada mengingat posisinya yang masih berstatus Wapres incumbent. Giliran terakhir Megawati lebig cenderung untuk menggunakan Undang-undang yang sudah ada dalam mengadili tindak pidana korupsi ini.

Pertanyaan berikutnya tentang alutsista TNI yang kondisinya lemah dengan banyaknya kecelakaan peawat yang terjadi sementara situasi hubungan dengan negara tetangga memanas ditanggapi beragam oleh ketika Capres. Revitalisasi serta pemberdayaan Pindad dalam pembuatan salah satu Alutsista menjadi jawaban JK dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada. Megawati sendiri juga senada dengan jawaban JK terkait revitalisasi dengan menghitung ulang Alutsista mana saja yang masih layak pakai serta kedepannya akan memfokuskan pada penganggaran TNI. Sedangkan SBY mengemukakan bahwa ada jarak antara porsi anggaran pertahanan ideal sebesar Rp. 120 Triliun dengan anggaran yang ada sekarang sebesar Rp. 35 Triliun. Porsi anggaran menurut SBY akan terus ditingkatkan dengan bertahap dengan tetap mengutamakan kebutuhan operasional dan menunda pemenuhan Alutsista canggih seperti kapal selam dan pesawat tempur.

Bencana alam dan bencana industri dengan contoh kasus Lumpur Lapindo juga disodorkan oleh moderator untuk ditanggapi oleh tiga orang Capres. Megawati mengingatkan akan pentingnya leadership serta upaya penyelamatan berupa relokasi para korban lumpur Lapindo dan persoalan yang mempunyai unsur hukum harus dibawa dalam ranah hukum untuk menyelesaikannya. JK menyambung dengan melihat ke akar permasalahan bencana Lumpur Lapindo yang meliputi semburannya itu sendiri, akibat, dan infrastruktur ekonomi yang terkena dampaknya. Sebagai pemungkas pertanyaan di sesi dua ini, SBY berujar akan mereview langkah-langkah yang telah diambil terkait bencana Lumpur Lapindo dengan tetap berusaha mencari solusi atas luapan lumpur dan pemberian bantuan kepada korban sesuai porsinya antara pemerintah dan pihak Lapindo Brantas.

Memasuki segmen terakhir debat, pertanyaan tentang pungutan liar dan masalah TKI menjadi ajang saling melempar komentar diantara ketiga Capres. Adanya aturan yang jelas, kesejahteraan pegawai, dan mekanisme punishment bagi pelakunya menjadi teori yang diajukan JK menjawab persolan ini. Mengomentari teori ini, Megawati sependapat dan mengemukakan kembali pentingnya mental aparatur negara. Komentar terakhir ditambahkan SBY dengan menambahkan pentingnya menampung aduan dan keluhan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diterimanya.

Ketika menyinggung masalah TKI yang mendapat masalah ditempat dimana ia bekerja, Megawati mengatakan bahwa akar permasalahan sebenarnya ada didalam negeri yang kemudian menjadi tidak gampang ketika para TKI berangkat tidak sesuai prosedur sehingga menjadi TKI ilegal. Sulitnya upaya melindungi para TKI, terutama TKI ilegal  semakin rumit karena berbenturan dengan hubungan diplomatik kedua negara. Jawaban yang berbeda yang diharapkan dari kedua capres menanggapi pernyataan Megawati ini ternyata tidak muncul. Keduanya menyatakan setuju ddan sependapat terutama menyangkut akar penyebab yang berada didalam negeri.

Acara yang berlangsung kurang lebih dua jam ini selain dihadiri oleh para tokoh partai serta tim sukses masing-masing, juga diikuti oleh para artis-artis yang tampak serius mengikuti acara ini hingga berakhir.
Category: Waton Njeplak | Diserat: 19/06/2009 | Caci Maki (0)

« 1 2 ... 6 7 8 9 10 ... 14 15 »

Bendera Bunderan HI

Tag Board

Blog buat murtad motret
,