Home | Registration | Login | RSSNgahad, 05/05/2024, 20:17

Teguh Hardi Murtad Fotografi

Menu Saji
Kemurtadan
Waton Njeplak [44]
Nyelathu Umuk Goblog Keblinger
Sajak Njeplak [17]
Login form
Login:
Password:
Main » Sajak Njeplak
hidup

Pada dialog pertama dengan Tuhan, merayukah kita agar dilahirkan?
Apakah titah Tuhan terngiang dan berputar-putar dibenak ketika kita mulai berkehidupan?

Tidak bukan?

Sejak kepala merobek selangkangan, kita mulai melek dalam ketidaktahuan
Tuding telunjuk dan ngoceh orang-orang,
apakah bisa dianggap kebenaran?

Tidak bukan?

Hidup adalah kesalahan yang ditakdirkan
Tak perlu perbaikan untuk dibenarkan
Jalan ke arah itu hanya cukup menambah sesat di tengah gelap.

Setuju bukan?


Tuhan adalah sumber masalah yang harus ditelusur sampai jasad kaku terbujur.

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 30/06/2009 | Caci Maki (0)

gayeng

"benar fajar hanya seberkas cahaya yg awalny sdkt terang mjd terang bnderang..benar senja hanya semburat cahaya merah yg indah lalu perlahan gelap gulita.. benar hujan seringkali membawa hawa dingin,kebasahan,dan rasa khawatir..benar warna pelangi itu jujur,indah,sejenak lalu pergi..dan benar pula,udara selalu ada,selalu menyelamatkan,memberi ruang,menjaga,trkdg trkotori tp sejatinya bersih..."

Lambankan sang fajar berkelindan,
Tambat senja berhenti berkelana,
Tanting hujan menggilas cemas,
Palu pelangi berlari,
Cuci suci hawa terkotori,
Sijengkat maju satu-satu tanpa muka semu.

sejenak mengular keluar,
menunggu malam meski tak lama benar,
mengintip jentera langit berkelip,
menguping jangkrik berderik,
menepi sepi.

malam gelap,
malam senyap,
gelap cahaya senyap suara,
membungkus runyam sedari fajar hingga senja.

Iseng memang gayeng...!


Category: Sajak Njeplak | Diserat: 28/06/2009 | Caci Maki (1)

waktu

Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu.  Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas dalam Kumpulan Sajak,1982)


Kakang Sapardi,
Kakang keliru. Begitu keliru.
Aku telah lama tak memulung detik itu satu-satu.
Ku untal semua, di mana pun ada.
Tak bersisa, Kakang.

Aku menjadi sangat abadi,
Waktu telah membangunkan aku sebuah rumah.
Rumah yang tak lagi mepet sawah.

Maaf, Kakang.
Ular-ular yang kau titipkan kulacurkan,
Kepada para tuan di setiap kelokan.
Kepada perut yang menuntut dijejal.
Kepada kelamin agar tak lekas majal.

Kakang ngendikan begitu, mungkin waktu belum pernah menggurat kejam ketika lalu.
Tak perlu Kakang bermurah maaf jika aku lebih keliru.
Karena aku memang tak lagi berbudi,
dan sudah begitu lacur.
Category: Sajak Njeplak | Diserat: 27/06/2009 | Caci Maki (0)

« 1 2 3 4 5 6 »

Bendera Bunderan HI

Tag Board

Blog buat murtad motret
,