Idul Fitri dalam tradisi orang Temanggung, Jawa Tengah disebut Bodo (o dilafalkan seperti pada 'sodok'). Layaknya di setiap daerah yang menyimpan tradisi uniknya saat Idul Fitri, di Temanggung pun tiap kali Bodo, digelar tradisi unik yang dilakukan selepas sholat Id terutama di pelosok-pelosok dusun. Mereka menyebutnya tradisi itu Pamungan.
Di sebuah dusun kecil, Mluweh yang berada dalam wilayah administrasi Kec. Kandangan, Pamungan dilakukan warganya dengan berbondong-bondongn menyunggi tampah berisi nasi, lauk, sayur dan kerupuk yang dijajar di pelataran rumah Bayan (kepala dusun). Mereka berangkat dari rumah setelah Bayan menabuh kentongan sebagai Pamungan akan segera dimulai. Pada tabuhan pertama, warga diingatkan untuk bersiap, dan tabuhan kedua warga mulai berangkat sembari menyambangi tetangga-tetangga sebelahnya.
Sesampainya di rumah Bayan sembari menunggu yang lain, celoteh dan obrolan khas 'ndeso' riuh terdengar. Memang tak sepenuhnya seluruh warga dari dusun empat RT itu datang Pamungan. Namun jumlahnya dapat dihitung, dan biasanya hanya warga-warga kaya di dusun itu.
Tak berselang lama, Kaum (tokoh agama) akan memberikan sambutan singkat dilanjutkan mengucap doa. Warga segera membuka penutup tampah agar piring-piring makanan mereka terjamah berkah doa yang dilantun. Meski sajian terlihat apa adanya, tapi terlihat sedap karena disantap bersama selepas doa.
Dusun Mluweh memang tak akrab dengan gemuruh opor ayam dan ketupat saat Bodo. Mungkin ini yang menjadi salah satu keunikannya. Bahkan di pelataran Bayan itu, agak ganjil jika membawa makanan yang berkuah seperti opor. Ketupat pun dianggap bukan makanan sakral karena statusnya hanya sebagai barang dagangan bagi penjual Kupat Tahu. salah seorang warga bertutur, Simbah Kyai Wulung, pendiri Dusun Mluweh, memang tidak mengenalkan tradisi ketupat dan opor ayam pada perayaan setelah 30 hari puasa itu. Terutama sekali pada Pamungan yang seperti festival makanan tanpa kategori dan trofi.
Pamungan digelar warga sebagai bentuk syukur tamat menjalankan puasa dan anugrah Gusti Allah bisa menikmati Bodo tahun ini. Kata Pamungan sendiri mempunyai arti makan secara bersama sama di tempat tetua dusun yang menjadi Pamong. Bayan bagi warga Mluweh adalah Pamong yang bertindak sebagai pemimpin dan pengasuh dalam kehidupan sehari-harinya.
Tidak hanya Bodo yang diwarnai Pamungan. Momen seperti Syawalan di hari ketujuh Bodo juga di-ritual-i Pamungan.Nyadran (bersih desa dan ziarah) menjelang puasa juga sama, bahkan perayaannya tampak lebih meriah dengan gelaran acara tari Kuda Lumping ataupun pementasan Ketoprak. Pamungan bagi warga Mluweh tidak hanya bermakna seremoni makan-makan. Lebih jauh bagi mereka, tradisi itu telah turun temurun dari generasi moyang Simbah Kyai Wulung sampai generasi sekarang.Sebuah bentuk penghargaan budaya terhadap leluhur yang babat alas mendirikan dusun mereka.
|