|
Main » 2009 » September » 25
Sabar saat harus muncul dalam kenyataan konteks panjang perjuangannya melebihi dari definisinya yang selalu dibatasi. Pada tiap kesempatan dan keinginan di satu waktu akan menjadi sempit ketika harus mengalah pada kesabaran. Tapi memang sebuah jalan kadang mewajibkan demikian agar dia bisa lurus tak menyimpang bertahan pada jalurnya.
Dan kesabaran kadang kala juga bersempadan tipis dengan sesak yang ditahan. Namun belum jadi gang buntu jika di seberangnya ada tempat untuk berhenti mengantuk dan tidur. Ketika datang kesadaran, sempitnya kebijaksanaan akan mengutuk tuhan yang melengkapi manusia dengan hati. Segumpal darah yang menjadi sumber penyakit bagi jiwa dan membatasi jalan antara manusia dengan Kekasihnya itu.
Lebih buruk manakah kelihangan hati atau nyawa jika keduanya adalah pilihan terbaik agar bisa lepas dari kesabaran?
Satu pertanyaan usil bilang, menjadi sabar katanya bakal dicinta tuhan, tapi bukankah dia tetap mahapenyayang meski manusia selalu gusar?
Hakikat kesabaran memang menjadi meragukan pada maknanya yang selalu sakit, dan tampaknya selalu demikian karena tuhan juga mencampakkannya.
Lalu jalan manakah yang menjanjikan kelapangan saat kesabaran mulai usang?
Memutus nikmat tuhan sudah sering dikatakan terkutuk, mengambil putusan antara pilihan hidup atau mati akan menjadi jalan dengan naungan sudut pandang tuhan yang berbeda pula sebab memang keduanya masih menjadi area kuasaNya.
|
|
|
|