Home | Registration | Login | RSSSenin, 25/11/2024, 17:30

Teguh Hardi Murtad Fotografi

Menu Saji
Kemurtadan
Waton Njeplak [44]
Nyelathu Umuk Goblog Keblinger
Sajak Njeplak [17]
Login form
Main » 2009 » August » 04
Baginya buku adalah sumber pengetahuan yang sebenarnya. Buku merupakan rujukan terkemuka ketika harus membuat tulisan. Saking cinta dan tergila-gilanya, buku menjadi semacam tuhan dalam hidupnya. Ketika harus ngobrol meninggalkan baca buku, kalimat-kalimat yang diomongkan juga tak jauh-jauh dari buku, buku dalam arti harfiahnya. Dia tidak mengenal eBook terlebih Blog.

Cukup tertohok di benak ketika mata tajam dan kumis tipisnya bergerak mewanti-wanti agar aku yang tepat disampingnya untuk berhati-hati dengan internet. Dunia maya dalam otak dia yang dibungkus jidad selebar lapangan tenis adalah celaka tersebab menyimpan banyak dusta. Hebatnya, dia akan mencibir setiap tulisan ilmiah yang di halaman-halamanya tercantum catatan kaki berawalan http://, tidak terkecuali disertasi program doktoral. Perilaku manja dia tuduhkan untuk pencomot tulisan di laman-laman maya itu.

Bagi budak-budak internet seperti aku tentu harus nungging dulu untuk menerima logika berbeda dia. Entah pengalaman masa lampaunya yang kelewat payah atau memang trauma dengan kedigdayaan internet, aku tak tahu sehingga dia mengambil mahzab seperti itu. Yang aku tahu bahwa dia dengan sabar menanti menyandang gelar Drs. selama 13 tahun. Cukup lama waktu untuk sebuah gelar yang sekarang bisa dibeli dengan lembaran-lembaran seratus ribuan.

Dia memang pesimis terhadap uang dan harta, dengan ringannya bibirnya yang terkesan kejam akan miring ke atas sedikit ketika menyinggung para tuan dengan mobil dan berumah gedong nampang di tiap tempat. "Coba kau tanya, berapa buah buku yang mereka beli setiap bulannya?" begitu dia mengejek tuan-tuan yang kaya.

Mungkin itu deklarasi pembenaran akan kasmarannya terhadap buku, dan mungkin juga kekecewaan yang laten sepanjang karirnya disingkirkan dari hingar bingar kelicikan dan nafsu di kantor lamanya. Tak tahulah aku.

Tentang kisah asmaranya dengan buku, ia begitu lelah menyesal melihat anak didiknya di sebuah perguruan tinggi dengan gampangnya membuat sebuah paper dan makalah dengan memlagiat dari internet. Anak zaman sekarang dibilangnya sudah malas untuk membaca dan menyalin. Teknologi rupanya memberikan bentuk kecerdasan baru tanpa harus berpeluh panas di loak-loak buku-buku bekas. Namun dibalik kemudahannya justru melahirkan plagiator-plagiator handal dari mulai pekerja kantor hingga doktor.

Gejala-gejala ini dengan gamblang ia tuturkan melalui sebuah kontemplasi dari Pater Dick Hartoko tentang Anak Zaman yang pernah dibeberkan di Majalah Basis beberapa waktu silam. Kondisi mental yang terus terdegradasi oleh arus zaman membikin polah melahirkan generasi yang malas dari hari ke hari. Dia menuding globalisasi sebagai penyebabnya.

" Pernah dengar adagium Small is Beautiful?" Pancingnya.
" Sering, orang-orang semeter kotor bangga dengan itu."
" Tahu siapa pencetusnya?"
" Embuh..."

Rentetan petuah selanjutnya dapat ditebak. Uraian tentang ketidaksetujuan E. F. Schumacher terhadap globalisasi yang menelorkan krisis energi tahun 1973 tergamblang jelas seperti aku membaca Small Is Beautiful: Economics As If People Mattered tulisan karib John Maynard Keynes dan John Kenneth Galbraith itu.

Satu setengah jam sudah sejak kedatanganku menghadap seperti saat sat setahun yang lalu. Kesan yang sama dan sikap duduk serupa masih belum berubah kulakukan ketika menelusuri setiap mimiknya. Setidaknya sekarang aku agak sedikit bengal membantah dan menyanggah. Pertanyaan yang mungkin akan membuatnya mengejek dan tersenyum kaku.

"Dimana bisa kutemukan kisah Dick Hartoko?".
"Kemana aku bisa pinjam itu Small is Beautiful?.

Dia terdiam. "Coba kau buka dulu internet, di situ mungkin ada"

"Baiklah.."






Category: Waton Njeplak | Diserat: 04/08/2009 | Caci Maki (0)

Bendera Bunderan HI

Tag Board

Blog buat murtad motret
,