Kembali sayatan ngilu lekas membekas di urat-urat pilu jasad yang menghampa sebelumnya semakin bebal beku serupa keras batu Begitu berat melangkah setapak, begitu lapuk ditindih beban yang singgah tak sejenak.
Sementara durjana-durjana mengitar riuh bersorak-sorak. Kidung kematian seolah mendengung. Bertalun-talun tegak di simpang linglung.
Dari sudut gelap, liang empat hasta terbujur menganga, jasad jiwa diboyong berdiri di dekat di bibirnya, begitu dekat.
Batara-batara tampaknya sedang tak happy, dengan begitu sinisnya melempar opsi-opsi.
'memeluk sendiri pekat dalam gelap liang di depan'
ataukah
'harus dikirim dengung-dengung busuk para durjana untuk mendorongnya'
Jika saja ada pilihan ketiga, meski tentu saja masih percuma.
Jiwa, sudah terlalu hampa untuk memilih sudah terlalu beku untuk tak memilih.