Yang Fana Adalah WaktuYang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.
(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas dalam Kumpulan Sajak,1982)
Kakang Sapardi,
Kakang keliru. Begitu keliru.
Aku telah lama tak memulung detik itu satu-satu.
Ku untal semua, di mana pun ada.
Tak bersisa, Kakang.
Aku menjadi sangat abadi,
Waktu telah membangunkan aku sebuah rumah.
Rumah yang tak lagi mepet sawah.
Maaf, Kakang.
Ular-ular yang kau titipkan kulacurkan,
Kepada para tuan di setiap kelokan.
Kepada perut yang menuntut dijejal.
Kepada kelamin agar tak lekas majal.
Kakang
ngendikan begitu, mungkin waktu belum pernah menggurat kejam ketika lalu.
Tak perlu Kakang bermurah maaf jika aku lebih keliru.
Karena aku memang tak lagi berbudi,
dan sudah begitu lacur.