Home | Registration | Login | RSSSetu, 23/11/2024, 09:23

Teguh Hardi Murtad Fotografi

Menu Saji
Kemurtadan
Waton Njeplak [44]
Nyelathu Umuk Goblog Keblinger
Sajak Njeplak [17]
Login form
Main » 2009 » June » 26


Dia melantun ayat itu kembali. Tak berdaya bibirnya dan begitu sulit mengeja satu demi satu guratan firmanNya. Dada berdetak sebegitu kencang sampai tak kuasa air matanya jatuh di lembaran suci yang tipis.

Tersadar dia telah meninggalkanNya di sepanjang gulana yang memasung. Satu, dua, tiga.. dia ingat sebegitu kuasa diriNya menyentuh hingga keluh serasa tak berujung. Keluh yang membangunkannya di keheningan malam-malam kusam. Dia tutup dan sudahi kesah, tersadar bahwa ”Mukjizat” itu nyata..

Dia harap bercermin kepadaNya. Tapi tak bisa hilangkan belenggu ragu pada dirinya..

"Sudahlah..." Dayang Sumbi membatin perih.

Jejaka Sangkuriang membisik pelan, sedikit sesak tertahan;

" Dayangku, barangkali kau lupa satu serpih yang tak bisa tersisih,
Serpih di mana Dia tidak pernah meninggalkanmu,
Tetap di urat nadi meski kau sangka telah merehatnya. "

" Dia tetap welas asih. Dia tidak timpang dalam menimbang. "

" Dia hanya mencinta dengan cara berbeda di setiap hamba."

Category: Sajak Njeplak | Diserat: 26/06/2009 | Caci Maki (1)

topantambunan.blogspot.com

Postingan di fesbuk, cukup membikin gusar untuk tidak dipikir.

" fajar,senja,hujan,dan pelangi..mereka tk pernah abadi..mereka datang disaat-saat tertentu...fajar,senja,hujan,dan pelangi mereka memang hanya sementara..tapi sadarkah qt kalau keindahan mereka abadi..tersimpan di setiap hati para penikmatny... lalu apakah kehadiranmu seperti mereka? "

ditimpuk komen cemen.

" Lebih. lebih memanyar dari sang fajar,
tak sekedar merona nakal seperti senja,
dalam menghujam dari tetes hujan.
dan tak buru-buru pergi seperti yang kau sebut pelangi itu.
"

Iseng kadang perlu untuk membunuh waktu.
Category: Sajak Njeplak | Diserat: 26/06/2009 | Caci Maki (0)

Bendera Bunderan HI

Tag Board

Blog buat murtad motret
,